Tampilkan postingan dengan label hashtag viral; tiktok. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label hashtag viral; tiktok. Tampilkan semua postingan

Rabu, 15 Februari 2023

Viral Hashtag Tiktok Deinfluencing, Apa Artinya?


Sahabat Calia, kata "Influencer" mungkin sudah tidak asing lagi ya di telinga kita... tapi apa sih artinya yang sesungguhnya? Nah Influencer merupakan orang yang memiliki kekuatan untuk mempengaruhi keputusan pembelian seseorang/sekelompok orang karena wewenang/kekuasaan, pengetahuan, posisi, maupun hubungan dengan audience mereka. 

Influencer di media sosial merupakan orang-orang yang telah membangun reputasi atas pengetahuan dan keahlian dalam sebuah industri tertentu, membuat dan mengunggah konten secara rutin dan konsisten di saluran media sosial pilihan mereka, mendapatkan banyak followers, bahkan membuat fanbase dari orang-orang yang engage atas unggahan mereka. 

Seorang influencer dapat memiliki pengaruh yang besar di masyarakat. Mereka dianggap seperti seorang selebriti, youtuber, blogger, maupun seorang public figure yang penting bagi komunitas tertentu. Saat ini banyak influencer di media sosial memiliki kekuatan untuk menciptakan sebuah trend atau mengubah opini publik mengenai suatu hal.

Berdasarkan hasil riset Nielsen Trust In Advertising pada tahun 2021 ada sebanyak 71% konsumen global mempercayai iklan, opini, maupun penempatan produk dari para influencer. Lebih menariknya lagi yaitu tidak semua jenis promosi berasal dari tawaran kerjasama pihak brand, tetapi ada juga yang berasal dari niatan pribadi influencer tersebut untuk membagikan ide, gagasan/pemikiran, atau informasi pengetahuan bermanfaat yang dikemas menarik.

Setiap influencer memiliki ceruk audience yang berbeda. Besar atau kecilnya audience size seorang influencer tergantung dengan tingkat spesifikasi topik yang dibawakannya. Saat ini walaupun jumlah followers di media sosial influencer A berjumlah jutaan, tapi influencer B yang memiliki ribuan followers juga bisa memiliki kekuatan pengaruh yang besar terhadap audience di media sosial miliknya. Jika konten yang dibagikan menarik dan disukai oleh banyak orang maka hal tersebut akan menjadi viral. Mereka dapat menjadi seorang trend setter baik di skala kecil maupun besar. 

Menurut Nielsen (2022) di Indonesia sendiri ada sebanyak 61% audience yang mengikuti influencer di media sosial dan jauh lebih mungkin untuk membeli produk ketika direkomendasikan oleh influencer tersebut. Oleh karena itu banyak brand yang suka bekerjasama dengan influencer karena diharapkan dapat menciptakan tren dan mendorong followers mereka untuk membeli/melakukan apa yang mereka promosikan.

Buat kalian yang sering scroll media sosial pasti tau konten yang viral tentang "De-influencing" atau "Deinfluence".  Tren ini banyak ditemukan dalam konten yang membahas kecantikan maupun gaya hidup. Tren ini berlawanan dengan konsep "influencing" pada umumnya. Melalui tren ini para deinfluencer mengajak audience untuk tidak membeli atau menggunakan suatu produk yang tidak dibutuhkan, tidak worth-it, dan tidak berfungsi sebagaimana yang telah di klaim dalam sebuah endorsement

Di TikTok dan Instagram tren ini dikenal dengan nama deinfluencing, sedangkan di YouTube dikenal dengan nama anti-haul. Konsepnya sama, hanya berbeda istilah saja. Menurut CARMA Media Analysis & Intelligence komposisi usia audience yang melakukan mentions tentang deinfluencing terbanyak yaitu generasi milenial (usia 25-34 tahun), diikuti oleh generasi Z diperingkat kedua (usia 18-24 tahun)

Tujuan utama deinfluencing yaitu mencegah terjadinya konsumsi yang berlebihan (overconsumption) dan mengingatkan audience untuk membeli produk yang diyakini itu berharga dan layak untuk dimiliki (tidak hanya karena media sosial memberitahu harus kita melakukannya). Tren deinfluencing ini memberikan kesempatan bebas kepada kita untuk menjadi konsumen yang lebih kritis dengan memikirkan aspek manfaat, budget, maupun lingkungan. 

Saat ini konten “deinfluencing” di media sosial belum sepenuhnya deinfluencing. Masih ditemukannya pencampuran konsep "influencing" ke dalam "deinfluencing" dengan menyarankan alternatif berupa "dupe products" sebagai penggantinya. Hal ini tentunya tidak akan berpengaruh signifikan dalam menurunkan overconsumption yang ada.

So Calia Ladies kalian team yang mana nih? suka konten influencing atau deinfluencing?

Jangan lupa like, follow, comment media sosial dan blog CALIA NICE WEAR ya supaya kalian dapat kesempatan mengetahui berita-berita kekinian dan bermanfaat lainnya..

by: mimin jes _ Calia Nice Wear _ @calianicewear

9 Warna Baju Yang Cocok Dipakai Saat Cuaca Panas, Hindari Warna Ini!

source: canva Sahabat Calia, setuju kah kalian disaat cuaca panas, memilih pakaian yang nyaman untuk dikenakan seharian merupakan hal yang p...